Penjelasan Konsep Sejarah Manusia, Ruang, dan Waktu

 


1. Mengapa Perlu Mempelajari Ilmu Sejarah?

Ilmu sejarah mempelajari berbagai peristiwa pada masa lampau yang berguna untuk menjelaskan dan mengungkap berbagai peristiwa pada hari ini dan masa mendatang. Hal inilah yang dimaksud dengan masa lalu selalu aktual dan relevan. Disarikan dari berbagai sumber, kegunaan ilmu sejarah adalah:

  • Menjelaskan bagaimana manusia dan tindakan mereka mungkin dipengaruhi oleh situasi politik atau masalah ekonomi atau kondisi geografi. Melalui sejarah, kita akan memahami perilaku manusia dan nilai-nilai suatu masyarakat.•
  • Memberikan pemahaman bahwa orang-orang pada masa lalu mungkin tidak memiliki nilai yangsama seperti yang kita miliki saat ini. Pemahaman tentang masa lampau akan membantu kita untuk menghindari kesalahan agar tidak terulang pada masa kini dan mendatang.
  • Mengenal siapa diri kita sebagai pribadi dan mengenal siapa kita secara kolektif (sebagai bagian dari suatu kelompok masyarakat dan bangsa). Pemahaman tentang identitas akan menumbuhkan ikatan sosial (contohnya ketika kita mengetahui tentang sejarah keluarga maka akan menumbuhkan jiwa saling membantu karena menjadi bagian dari suatu keluarga).
  • Memahami memori dan tradisi yang diwariskan oleh generasi sebelumnya ke generasi mendatang hingga bagaimana sejarah membentuk kondisi kita saat ini.
  • M enumbuhkembangkan kecakapan berpikir kritis, kreatif, imajinatif, dan reflektif
  • Menumbuhkembangkan kecakapan ilmiah seperti mencari sumber (heuristik), memilah sumber (verifikasi), dan menganalisis sumber sejarah (interpretasi).

2. Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah 



Pada bagian ini kalian akan belajar tentang berbagai aspek penting dalam ilmu sejarah yaitu manusia, ruang, dan waktu. Mengapa aspek ini penting dan menjadi kekhasan dalam belajar sejarah? Hal-hal tersebut akan kalian perdalam pada materi berikut ini. 

a. Manusia sebagai penggerak, pelaku, dan saksi sejarah

Apakah kalian pernah membaca cerita tokoh penting dalam sejarah  Indonesia? Mengapa mereka menjadi tokoh yang bersejarah? Hikmah dan  teladan apa yang dapat kalian petik dari mereka? Bacalah artikel dengan cermat berikut ini!

Ki Hadjar Dewantara: 
“Lebih Baik Tak Punya Apa-Apa Tapi Senang Hati   Daripada Bergelimang Harta Namun Tak Bahagia” Terlahir di keluarga bangsawan, tepatnya putra GPH Soerjaningrat dan cucu Pakualam III, R. Soewardi Soerjaningrat tak kesulitan meretas pendidikan. Bermula dari Eerste Lagere School (ELS), ia
lantas diterima belajar di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA), sekolah dokter Bumiputera. Namun, ia urung lulus dan menjadi dokter karena sakit. Soewardi lantas berkiprah di dunia jurnalistik. Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara adalah beberapa media yang pernah menjadi pelabuhan kariernya. Pada saat yang bersamaan, ia pun berkiprah di dunia politik. Sempat bergabung dengan Boedi Oetomo, ia bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo lantas mendirikan Indische Partij pada 25 Desember 1912.
Atas segala jasa, tindakan, maupun gagasannya untuk masyarakat Indonesia, kita mengenal Ki Hadjar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Dalam perspektif ilmu sejarah, beliau merupakan pelaku sejarah, saksi sejarah, sekaligus penggerak sejarah. Bagaimana cara beliau menggerakkan sejarah?
Bermula dari tahun 1912, persahabatannya dengan Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker dimulai
sejak belajar di sekolah dokter STOVIA pada zaman Hindia Belanda, hingga mereka bertiga kemudian dikenal sebagai tiga serangkai. Mereka mendirikan partai politik Indische Partij dan koran De Expres
sebagai media untuk menyebarkan gagasan mereka yaitu membangkitkan nasionalisme para pribumi dan menentang kebijakan pemerintah kolonial yang diskriminatif. Salah satu tulisan dan gagasan Ki Hadjar Dewantara yang menggugah nasionalisme dan menentang kolonialisme adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” yang dimuat di koran De Expres sebagai kritik atas pemerintah Hindia Belanda. Akibat gagasannya yang tertuang lewat tulisan tersebut, Ki Hadjar Dewantara mendapatkan hukuman dengan diasingkan. Namun, hal itu tidak menciutkan nyalinya untuk berjuang demi bangsa. Ki Hadjar Dewantara terus berjuang melalui pendidikan dengan mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922. Salah tujuan dari pendidikan Taman Siswa adalah untuk mencerdaskan bangsa melalui akses dan kesempatan bagi rakyat mendapatkan pendidikan. 



Berkaca dari kisah Ki Hadjar Dewantara dan berbagai tokoh penting atau para pahlawan bangsa Indonesia, manusia dalam kajian ilmu sejarah adalah subjek dan objek, yaitu manusia dengan segenap gagasan dan tindakannya adalah penggerak sejarah yang membawa perubahan di masyarakat. Di samping itu, dalam memahami manusia dalam rentang sejarah, Kartodirjo  (2017) memaparkan bahwa ketika biografi dan individu menjadi unit sejarah, maka individu sebagai manusia harus dipahami secara utuh mengenai latar belakangnya, lingkungan sosial-budaya, watak, dan pandangan hidupnya. Ketika belajar tentang manusia sebagai penggerak, pelaku, saksi sejarah, kalian mengetahui manusia memiliki suasana kebatinan dan pemikiran. Kalian dapat belajar dari berbagai biografi termasuk biografi tentang orang-orang biasa yang berkontribusi bagi sejarah umat manusia. Selain itu manusia juga dipahami dari ruang atau tempat peristiwa di mana mereka berada. Ruang atau tempat yang dimaksud adalah kondisi lingkungan, baik secara sosial, budaya, geografis, maupun ekonomi. Manusia dalam waktu adalah bagaimana sejarah manusia dipelajari baik perkembangan, perubahan, keberlanjutan, dan keberulangannya


b. Sejarah dalam Dimensi Ruang dan Waktu

Ketika kalian belajar dari berbagai aktivitas dan materi sebelumnya, tentu\ ada hal yang kalian perhatikan, yaitu mengapa dalam sejarah akan dituliskan tentang waktu dan tempat? Perhatikanlah berbagai tulisan sejarah, hal apa saja yang dikaji? Dalam ilmu sejarah, dimensi ruang atau spasial merujuk pada tempat suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang menjelaskan tentang kondisi dan situasi suatu peristiwa terjadi. Dimensi ruang sejarah dapat berdasarkan skala lokal, nasional, maupun global. Lokasi atau wilayah kalian tinggal, selalu memiliki sejarah lokal. Walaupun terjadi pada tingkat lokal, peristiwa tersebut seringkali berkaitan dengan berbagai kejadian di tingkat nasional maupun global. Sebagai contoh, tumbuhnya kesadaran nasionalisme dalam pergerakan nasionalisme Indonesia pada masa 1908-1945 di suatu daerah dipengaruhi atau terinspirasi dari berbagai perjuangan melawan kolonialisme dan imperalisme di dunia.  Dimensi waktu merujuk pada kapan suatu peristiwa terjadi. Dimensi waktu dapat berupa detik, jam, hari, minggu, bulan, tahun, bahkan abad pada masa lampau yang menunjukkan kapan suatu peristiwa terjadi. Waktu juga ditandai oleh peristiwa lain yang terjadi bersamaan dengan peristiwa itu sendiri. Misalnya, ada orang menandai waktu kelahirannya dengan peristiwa lain yang bersamaan terjadinya seperti peristiwa bencana,  misalnya gunung meletus. Ringkasnya, ilmu sejarah mengkaji berbagai  peristiwa dan manusia berdasarkan aspek waktu. Berdasarkan Kuntowijoyo (2013), terdapat empat hal yang dipelajari 
dalam sejarah dari segi waktu yaitu 1. Perkembangan; 2. Kesinambungan; 3. Pengulangan; dan 4. Perubahan. Ilmu sejarah mempelajari bagaimana suatu peristiwa berkembang dan berkesinambungan dalam kurun waktu tertentu, kemungkinan terdapat pengulangan kejadian/peristiwa, serta  peristiwa bersejarah yang menimbulkan perubahan di suatu masyarakat  atau pun negara. Dalam ilmu sejarah terdapat perio disasi atau pembabakan waktu dengan tujuan untuk menjelaskan ciriciri tertentu yang terdapat dalam suatu period  sejarah. Sebagai contoh, berdasarkan periodisasi  sejarah Indonesia dibagi dalam empat periode,  yaituIndonesia pada masa prasejarah, pada zaman kuno, pada zaman Islam, dan pada zaman
Sebagai ilmu yang mengkaji manusia dalam dimensi ruang dan waktu, sejarawan Kuntowijoyo (2013) menjelaskan bahwa sejarah adalah “ilmu yang mengkaji tentang manusia, waktu, sesuatu
yang memiliki makna sosial, tentang sesuatu yang tertentu (partikular) dan teperinci. Memiliki
makna sosial berarti kejadian atau peristiwa yang berdampak pada perkembangan dan perubahan suatu masyarakat.” Sebagai contoh, Politik Etis yang mulai dicetuskan pada tahun 1901 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan perubahan bagi kaum bumiputera untuk mengakses pendidikan yang sebelumnya sangat terbatas untuk golongan tertentu. Berangkat dari penjelasan tersebut, kalian dapat mencari contoh lain tentang sejarah sebagai  ilmu tentang sesuatu yang memiliki makna  sosial. Berdasarkan studi kasus berikut ini, kalian kerjakan aktivitas belajar untuk memahami dan mengkaji tentang 1. Perkembangan; 2. Ke sinambungan;3.  Pengulangan; dan 4. Perubahan.
Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang khusus (partikular) dan teperinci. Dengan kata lain, penjelasan dalam ilmu sejarah harus detail berdasarkan sumber-sumber sejarah yang tepercaya serta disampaikan mulai dari hal-hal yang kecil dan berurutan sehingga jelas gambaran dan narasinya. Sebagai contoh, biografi seorang tokoh dapat menjadi salah satu sumber sejarah. Di dalam biografi dituliskan kisah  tentang suatu tokoh dengan detail dalam linimasa, peristiwa dan tempat.  Misalnya, dalam biografi W.R. Soepratman dikisahkan tentang proses penciptaan lagu Indonesia Raya. Soepratman tergugah setelah membaca sebuah artikel di Majalah Timbul, hingga terciptalah lagu “Indonesia Raya” yang dikumandangkan pertama kali pada Kongres Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928.



c. Diakronis (Kronologi) dan Sinkronis dalam Sejarah

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ilmu sejarah adalah ilmu yang mengkaji tentang waktu. Ilmuwan sosial bernama John Galtung, dalam  bukunya yang berjudul Theory and Method of Social Research tahun  1966, berpendapat bahwa sejarah adalah ilmu diakronis (diachronic) dan ilmu sosial lainnya adalah ilmu sinkronis. Sebagai ilmu yang diakronis, Kuntowijoyo (2008) menjelaskan bahwa sejarah adalah ilmu yang mempelajari gejala-gejala yang memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam ruang. Sebagai contoh penelitian sejarah yang diakronis adalah Perubahan Sosial dalam Masyarakat Agraris Madura: 1850-1940 karya Dr.  Kuntowijoyo, Sejarah Industri Minyak di Sumatera Utara: 1896-1940 karya  Dr. Bambang Purwanto, serta masih banyak contoh karya-karya lainnya dari ahli sejarah Indonesia. 

 ■ Kronologi

Sebagai ilmu diakronis, menurut Zed (2018), ilmu sejarah menjelaskan perubahan dalam lintasan waktu yang disampaikan secara berurutan dari waktu yang paling awal hingga yang paling akhir. Artinya, ilmu sejarah diakronis disampaikan secara kronologis. Kronologi dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani yaitu “chronos” yang berarti waktu. Merujuk pada kamus Merriam-webster, kronologi adalah pengaturan atau pengorganisasian setiap peristiwa dalam urutan kejadian.  Apabila kalian memperhatikan buku-buku sejarah, majalah, koran atau pun aplikasi media daring yang memuat konten sejarah, peristiwa bersejarah disampaikan secara kronologis. Dalam konten tersebut krono logi memaparkan urutan berbagai kejadian penting yang membentuk suatu peristiwa bersejarah. Untuk mengasah ketrampilan kalian tentang berpikir diakronik, kerjakanlah Lembar Aktivi tas 5. Dalam kegiatan ini, kalian diminta untuk menyusun kronologi sejarah Bank Indonesia pada periode pengakuan  kedaulatan RI sampai dengan nasionalisasi De Javasche Bank (DJB).


 ■ Periodisasi

Ketika kalian belajar sejarah, terdapat periodisasiyang juga menjadi hal penting untuk diperhatikan. Periodisasi adalah pembabakan waktu dalam sejarah dengan cara menghubungkan berbagai peristiwa se suai dengan masanya dalam satu periode. Periodisasi  dalam sejarah berdasarkan kriteria tertentu yang ditentukan oleh sejarawan. Sebagai contoh periodisasi berdasarkan waktu adalah masa praaksara dan masa aksara. Pembeda dari kedua periodisasi ini adalah waktu ketika manusia telah mengenal tulisan atau belum. Menurut Kuntowijoyo (2008), sejarawan membuat waktu yang terus bergerak agar mudah dipahami dengan membaginya dalam babak-babak, periode ­periode  tertentu. Pengklasifikasikan atas waktu pada contoh di atas adalah periodisasi. Tujuan dari periodisasi adalah untuk memudahkan memahami suatu peristiwa bersejarah dalam rentang waktu dan klasifikasi tertentu. Salah satu contoh  periodisasi sejarah Indonesia yang dilakukan oleh  sejarawan Taufik Abdullah pada karyanya Indonesia dalam Arus Sejarah adalah:

  • Prasejarah
  • Kerajaan Hindu-Buddha
  • K edatangan dan Peradaban Islam
  • Kolonialisasi dan Perlawanan
  • Masa Pergerakan Kebangsaan
  • Perang dan Revolusi
  • Pasca-Revolusi
  • Orde Baru dan Reformasi
Beberapa sejarawan lain juga melakukan periodisasi sejarah Indonesia, misalnya Denys Lombard, M.C. Ricklefs, Kuntowijoyo, Sartono Kartodirjo, dan Parakitri T. Simbolon. Untuk memperkaya khazanah pengetahuan sejarah Indonesia, kalian dapat membaca buku karya para sejarawan tersebut. 

 ■ Berpikir Sinkronis 

Setelah kalian belajar tentang berpikir diakronis melalui berbagai aktivitas belajar di materi sebelumnya, diskusi kita beranjak pada sifat sinkronis. Apakah yang dimaksud dengan sinkronis? Sinkronis secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu “synchronous” yang berarti terjadi secara bersamaan. Seperti yang sudah dijelaskan pada materi sebelumnya, ilmu sejarah memanjang dalam waktu sekaligus juga melebar dalam ruang. Sinkronis dalam ilmu sejarah merujuk pada ruang tempat terjadinya suatu peristiwa atau kejadian yang menjelaskan tentang situasi dan kondisi (konteks) suatu masyarakat, sebab-akibat, dan korelasi (pola hubungan) atas suatu peristiwa. Situasi dan kondisi yang dimaksud dapat berupa  kondisi ekonomi, seperti kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat;  atau mengacu pada profesinya, misalnya sebagai pedagang, petani, dan lain-lain. Kondisi atau konteksnya juga dapat berupa kondisi  geografis, misalnya keadaan alam dan sumber daya alamnya, situasi  dan kondisi budaya, suku dan tradisi suatu masyarakat, atau situasi dan kondisi sosial tentang keragaman sosial masyarakat yang dapat dilihat dari pelapisan sosial maupun diferensiasi sosialnya. 
Meskipun ilmu sejarah dan ilmu sosial lainnya sama-sama bersifat sinkronis dan diakronis, keduanya memiliki kecenderungan berbeda. Ilmu sejarah cenderung bersifat ilmu diakronis sementara ilmu sosial  lainnya seperti ilmu sosial dan humaniora cenderung sebagai ilmu  sinkronis. Berpikir sinkronis dalam belajar sejarah mendorong kalian untuk menjelaskan secara terperinci mengenai konteks (situasi dan kondisi) suatu masyarakat, hubungan sebab-akibat, hubungan (korelasi) antarfaktor. Adapun maksud dari penjelasan, situasi dan kondisi (konteks) dapat kalian jelaskan berdasarkan kondisi ekonomi, adat-istiadat, struktur sosial, komposisi penduduk, kondisi politik, dan aspek-aspek lainnya. Perhatikan gambar bagan di bawah ini untuk melihat hubungan diakronis dan sinkronis antara ilmu sejarah dan ilmu sosial.

Penelitian Sejarah 

Kajian ilmu sejarah bukanlah mitos melainkan peristiwa nyata yang terjadi pada masa lampau. Sebagai ilmu, ilmu sejarah menggunakan penelitian ilmiah untuk menyingkap suatu kajian sejarah. Penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengungkap, menginvestigasi, dan menganalisis suatu fenomena atau kejadian dengan prosedur ilmiah. Ketika melakukan penelitian sejarah, kalian mirip dengan seorang detektif yang berusaha mengumpulkan informasi sebanyak mungkin, menggunakan berbagai macam sumber untuk memperoleh data, dan selanjutnya mengolah dan menganalisis data untuk disampaikan menjadi laporan penelitian.  Penelitian sejarah menurut Louis Gottschalk (dikutip dari Saidah, 2011)
menerapkan empat kegiatan pokok sebagai cara melakukan penelitian n dan penulisan sejarah. Keempat kegiatan tersebut adalah 1) Mengumpulkan nberbagai informasi tertulis dan lisan yang relevan; 2) Membuang informasi yang tidak jelas dan keasliannya masih diragukan; 3) Mengambil kesimpulan dari bukti dan sumber sejarah yang tepercaya; dan 4) me r angkai semua bukti dan sumber menjadi laporan.

Selanjutnya metode yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah  (Lohanda, 2011; Saidah, 2011; Herlina, 2020) adalah sebagai berikut:

  1.  Heuristik yang berarti mengumpulkan berbagai data dari berbagai sumber sejarah.
  2. Kri tik dan verifikasi yang berarti melakukan pemeriksaan keaslian  sumber sejarah.
  3. Intepretasi yaitu menafsirkan dan memahami makna keterkaitan dari sumber sumber sejarah yang telah diverifikasi.
  4. Historiografi yaitu tulisan, hasil penelitian dan laporan sejarah. Ketika kalian melakukan penelitian sejarah, bagaimana kalian melakukan  tahapan heuristik (mengumpulkan data) dan melakukan verifikasi data? Hal yang perlu kalian kenali dan pahami adalah sumber sejarah. Secara umum terdapat dua macam sumber sejarah yaitu:

1. Sumber Sejarah Primer

Sumber sejarah primer adalah data utama yang diperoleh langsung dari subyek dan objek penelitian. Dalam penelitian sejarah, sumber sejarah primer adalah arsip. Menurut Lohanda (2011), arsip merupakan sumber utama dikarenakan keberadaan arsip yang tercipta pada waktu yan bersamaan ketika suatu peristiwa bersejarah terjadi. Arsip sebagai bukti untuk menginformasikan suatu peristiwa. Apabila kalian tertarik melakukan penelitian sejarah, kalian dapat mengakses arsip yang dibutuhkan, salah satunya di Lembaga Arsip Nasional RI (kalian dapat membuka melalui situs web anri.go.id). Arsip dapat berupa foto, video, film, undang ­undang, peraturan, catatan kedinasan, surat-menyurat, notulensi rapat, peta, laporan, surat keputusan, surat kabar, undangan, surat perjanjian, poster dan lain-lain yang sezaman dengan peristiwa. Selain arsip, sumber sejarah primer lainnya adalah fosil, artefak dan hasil wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah. 



2. Sumber Sejarah Sekunder


Sumber sejarah sekunder adalah data pendukung yang ditulis atau dibuat setelah kejadian selesai. Contoh dari sumber sekunder adalah hasil penelitian sejarawan, laporan penelitian yang relevan, biografi, surat­ menyurat dan surat kabar yang tidak sezaman dengan peristiwa, serta
masih banyak lagi.  Berdasarkan bentuknya, terdapat tiga bentuk sumber sejarah, yaitu sumber tertulis, sumber benda, dan sumber lisan. Contoh dari sumber tertulis adalah prasasti, kronik (catatan perjalanan traveler), babad, hikayat, surat-surat, laporan-laporan, naskah, buku, surat kabar dan majalah. Contoh dari sumber lisan adalah tradisi lisan (cerita yang diwariskan antargenerasi secara lisan). Misalnya petuah dan cerita rakyat. Contoh dari sumber benda adalah foto, video, bangunan (contohnya rumah,candi, kantor dan lain-lain), peralatan hidup (contohnya tembikar, guci, meja kursi, buku mesin ketik, dan lain-lain).


C.  Penulisan Sejarah (Historiografi)

Tahapan selanjutnya setelah penelitian sejarah adalah melakukan penulisan sejarah atau yang dikenal sebagai historiografi. Pada tahap ini sejarawan menyusun hasil interpretasi berbagai fakta sejarah. Bentuk dari historiografi berupa publikasi, laporan penelitian sejarah. Hasil historiografi perlu dipublikasikan dan diketahui oleh berbagai kalangan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Lohanda (2011) kesuksesan seorang sejarawan diukur dari historiografinya. Historiografi
menunjukkan salah satu bentuk komitmen keseriusan dalam belajar ilmu sejarah.    Historiografi sejarah Indonesia yang ditulis oleh para sejarawan baik dari Indonesia maupun luar Indonesia pada umumnya dikelompokan dalam tiga jenis yaitu:

Historiografi tradisional yaitu tulisan sejarah dari masa Kerajaan Hindu-Buddha, masuknya Islam
di Indonesia, dan Kerajaan-Kerajaan Islam. Ciri khas dari historiografi tradisional adalah berpusat pada istana, raja, dan bangsawan karena banyak menuliskan sejarah yang berkaitan dengan kekuasaan dan penguasa; Berpusat pada keda erahan karena banyak menuliskan sejarah suatu daerah tertentu; dan Religiosentris yaitu berpusat pada hal yang berkaitan dengan agama, kepercayaan dan hal yang dianggap sakral.

Historiografi kolonial yaitu tulisan sejarah dari masa kolonial. Ciri khas dari historiografi kolonial yaitu Eropa sentris yang memusatkan pada tulisan sejarah tentang berbagai bangsa Eropa yang pernah singgah dan bahkan berkuasa di Nusantara. Karena ditulis oleh sejarawan dan ilmuwan Eropa, pandangannya cenderung berangkat dari kacamata bangsa Eropa. Sebagai contoh karya Thomas Stamford Raffles The History of Java yang  diterbitkan pertama kali pada tahun 1817. Ada pula Belanda-sentris yaitu tulisan sejarah yang dibuat oleh sejarawan dan  ilmuwan Belanda yang kuat denga  pandangan bangsa Belanda. Sebagai contoh De Atjeher (1893) karya Christiaan Snouck Hurgronje dan Geschiedenis van  Nederlandsch Indie karya F.W Stapel yang terbit pada tahun 1939. Sumber sejarah nhistoriografinya adalah arsip ­arsip dari pemerintah Hindia Belanda.

Historiografi modern, menurut Sartono Kartodirjo adalah penulisan sejarah yang menempatkan rakyat Indonesia sebagai pelaku sejarah dari sejarahnya sendiri dengan menerapkan studi kritis. Ciri khas dari historiografi modern adalah Indonesia sen tris. Karya dari Sartono Kartodirjo  Pemberontakan Petani di Banten Tahun  1888 merupakan salah satu contohnya.  Ciri lain dari historiografi modern adalah membangun nasionalisme. Seperti yang dikemukakan oleh M.
Yamin, penulisan sejarah bertujuan untuk membangun kecintaan, rasabangga dan membangun identitasbangsa. Bung Karno menyatakan Jas Merah yaitu “Djangan Sekali-kali Meninggalkan Sedjarah!”. Semboyan ini bertujuan untuk membangun nasionalisme agar kita selalu belajar sejarah sehingga kita dapat memahami berbagai kejadian lebih baik. Kekhasan lain dari historiografi modern adalahtidak hanya berpusat pada tokohtokoh besar tetapi juga menampilkan peran rakyat. Contoh ini dapat kalian temukan dari banyak historiografi se­ jarawan Indonesia, misalnya peran pe r empuan dalam sejarah pergerakan nasionalisme,peran petani, buruh, dan masih banyak lagi.



Dinamika historiografi Indonesia terus berkembang hingga sekarang yang termasuk dalam historiografi modern. Salah satu ciri historiografi modern adalah menerapkan studi kritis, yaitu menggunakan berbagai teori sosial dalam penulisan sejarah. Hal ini dijelaskan oleh Kartodirjo (2017) bahwa sejarah dalam arti objektif adalah menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri, ialah proses sejarah dan aktualitasnya. Sebagai contoh, dinamika historiografi Indonesia modern terus berkembang. Kalian dapat menemukan dari berbagai sumber, buku maupun aplikasi daring tentang historiografi Indonesia kontemporer. Sebagai studi tentang peristiwa pada masa lampau, ilmu sejarah bersifat dinamis. Sebagai contoh, hal ini dapat kalian temukan ketika membaca buku sejarawan M.C Ricklefs Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 yang mengulas sejarah Indonesia dari era masuknya Islam di abad ke-13 hingga dekade awal abad ke-21.  

1. Menghindari Bias sejarah

Ketika kalian membaca historiografi hal yang mesti diperhatikan adalah bias sejarah. Berdasarkan Kamarga (2017), bias sejarah adalah kecenderungan unsur subjektifitas, baik dari individu maupun kelompok, dan unsur keterpihakan dalam historiografi sejarah. Bias sejarah dalam historiografi
dilakukan dengan membuat narasi (cerita) yang tidak sesuai dengan fakta atau pun berdasarkan sumber sejarah yang masih diragukan kevalidannya.  Bias sejarah kadang terjadi pada historiografi yang kontroversial. Untuk menghindari bias sejarah, hal yang mesti kalian lakukan adalah tidak menggunakan sumber tunggal dalam membaca atau belajar suatu historiografi. Gunakanlah dari berbagai sumber sejarah, berbagai historiografi, dan dari berbagai perspektif sehingga kalian dapat memahami dan melakukan analisis yang lebih baik dan objektif. Dari sini, dapatkah kalian temukan historiografi yang menurut kalian bias sejarah?

2. Bagaimana melakukan Penelitian  dan Penulisan Sejarah?

  • Setelah kalian memahami tentang penelitian sejarah dan sumber sejarah, maka ketika kalian hendak melakukan penelitian sejarah, terdapat beberapa langkah yang perlu dilakukan:
  • Tentukan minat dan ketertarikan, serta topik sejarah apa yang hendakkalian teliti.
  • Buatlah rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian yang hendak kalian teliti. Penelitian sejarah harus menanyakan secara lengkap mengenai 5 W (what/ apa, when/kapan, who/siapa, why/ mengapa, where/di mana) dan 1 H (how/bagaimana).
  • Carilah dari berbagai sumber tentang hasil penelitian sebelumnya yang relevan untuk menambah pengetahuan serta kemungkinan informasi akan topik penelitian yang belum diteliti. 
  • Buatlah rencana penelitian yang terkait dengan cara mencari dan  menentukan berbagai sumber sejarah, baik primer maupun sekunder.
  • Buatlah daftar pertanyaan apabila akan melakukan wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah serta buatlah daftar sumber sejarah yang hendak diinvestigasi.
  • Lakukan penelitian kalian dengan menginvestigasi berbagai sumber sejarah. Apabila kalian membutuhkan sumber primer terkait dengan\ arsip, kalian dapat mengakses melalui website Lembaga Arsip Nasional RI yaitu anri.go.id. 
  • Setelah sumber sejarah terkumpul, lakukan kritik dan verifikasi terhadap keaslian sumber sejarah yang diperoleh.
  • Analisislah sumber sejar ah dengan menafsir dan memahami makna keterkaitan dari berbagai sumber sejarah apakah sebab-akibatnya atau pun korelasinya dari sumber sejarah yang telah diverifikasi, 
  • Tulislah historiografi sebagai laporan penelitian sejarah kalian.
  • Presentasi dan diskusikan historiografi kalian agar mendapatkan  masukan dari berbagai pihak sehingga semakin sempurna karya dan   pengetahuan kalian.

D. Sejarah dan Teori Sosial

Pada materi awal dari bab ini, kalian sudah mempelajari bahwa perbedaan antara ilmu sejarah dan  ilmu sosial humaniora adalah penekanan diakronis dan sinkronisnya. Kedua disiplin ilmu tersebut sama-sama bersifat diakronis dan sinkronis. Akan tetapi, ilmu sejarah cenderung diakronis sementara
ilmu sosial-humaniora cenderung sinkronis. Masing-masing disiplin ilmu sosial humaniora memiliki kekhasan, baik cara pandang (perspektif), teori, maupun metode dalam mengkaji suatu fenomena sosial.  Objek kajian dari ilmu sosial dan humaniora adalah manusia dan lingkungan. Manusia dapat dilihat sebagai individu dan kelompok. Masingmasing dari disiplin ilmu memiliki sejarah kelahiran. Dalam filsafat ilmu pengetahuan, hal ini disebut sebagai ontologi. Sementara cara ilmu tersebut dipelajari disebut sebagai epistemologi. Adapun nilai atau guna dari suatu ilmu yang dipelajari disebut sebagai aksiologi. Ketiga hal itulah yang membedakan satu ilmu dengan yang lain. Dengan kata lain, masingmasing ilmu sosial humaniora memiliki filsafat ilmu yang berbeda. Walaupun berbeda, ilmu-ilmu tersebut saling membutuhkan. Ketika kalian nanti belajar lebih lanjut tentang semua materi dari buku ini (baik itu ilmu sejarah, sosiologi, ekonomi, dan geografi yang merupakan bagian dari rumpun ilmu sosial humaniora), kalian akan melihat bahwa ilmu-ilmu tersebut saling mendukung dan melengkapi dalam menjelaskan fenomena kehidupan yang kompleks.  Seorang sejarawan bernama Peter Burke dalam karyanya yang berjudul History and Social Theory (1991) menjelaskan bagaimana hubungan antara ilmu sejarah dan  ilmu sosial lainnya. Sebelum abad ke-19, di Eropa, terutama ketika Abad Pencerahan (Age of Enlightenment), hubungan antara sejarawan dan ilmuwan sosial saling mendukung. Tetapi ketika awal abad 19, masing-masing disiplin ilmu memfokuskan dan mempertahankan disiplin ilmunya masing-masing, termasuk ilmu sejarah. Penulisan ilmu sejarah dari arsip-arsip sejarah disampaikan tanpa menggunakan teori sosial sebagai pisau analisis. Hal yang sama juga terjadi pada disiplin ilmu sosial lainnya, kajian mereka mengaburkan sejarah.  Hal ini didobrak oleh para penganut aliran
Annales di Perancis. Aliran ini memadukan antara ilmu sejarah dan ilmu sosial humaniora
untuk mengkaji berbagai peristiwa sejarah. Perpaduan antara ilmu sejarah dan ilmu sosial menghasilkan berbagai karya, seperti yang dilakukan oleh Joseph Schumpeter yang juga dikenal sebagai ekonom dengan studinya tentang History of Economic Analysis (Sejarah Analisis Ekonomi) yang terbit pada tahun 1954. Lalu ada Max Weber, seorang sosiolog yang juga menggunakan pendekatan dan sumber sejarah ketika melakukan penelitian tentang etika Protestan dan semangat kapitalisme.  Hal yang sama juga dilakukan oleh sejarawan  Fernand Braudel yang menggunakan teori ilmu sosial baik itu geografi, sosiologi, dan ekonomi dalam berbagai historiografinya. Pada karyanya yang berjudul The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II (1949), Braudel menggunakan teori ­teori geografi.




Perpaduan antara sejarah dan ilmu sosial humaniora, juga terjadi di Indonesia, Kuntowijoyo (2018) menjelaskan bahwa penggunaan teoriteori sosial dalam penelitian sejarah dipelopori oleh sejarawanSartono Kartodirdjo. Ha ini dapat kalian temukan ketika membaca karyanya yang berjudul Pemberontakan Petani di Banten tahun 1888. Penggunaan teoriteori sosial seperti birokrasi, kelas sosial, dan perubahan sosial dapat kalian temukan dalam tulisannya. Apabila kalian membaca historiografi masa kini, misalnya tentang sejarah suatu kota, beberapa sejarawan akan menggunakan teori modernitas, struktur sosial, struktur ekonomi untuk menjelaskan makna sosial atas kajian sejarah
Hal ini bukan hanya terjadi pada ilmu sejarah melainkan juga pada ilmu sosial humaniora lainnya yang memadukan antara pendekatan sejarah dan pendekatan keilmuan lain. Ketika kalian membaca karya ilmuwan sosial politik seperti Herbert Feith dan Lance Castle ketika mengkaji pemikiran politik Indonesia 1945-1965, sumber-sumber sejarah digunakan untuk menjelaskan berbagai pengaruh sistem politik dan partai politik Indonesia. Sumber sejarah yang mereka gunakan seperti naskah pidato dan tulisan Bung Karno, M. Natsir, Bung Hatta, dan tokoh-tokoh sosial politik Indonesia lainnya.  Ketika kalian melakukan penelitian sejarah, untuk menafsirkan makna sosial dan menganalisis suatu kajian sejarah, kalian dapat menggunakan berbagai teori dari berbagai disiplin ilmu. Beberapa contoh dapat kalian temukan dari berbagai sumber, baik buku, jurnal maupun sumber-sumber lainnya.